PSG Masih Gagal Angkat Trofi Liga Champions, Apa yang Salah?

Pendahuluan

Meski dihuni deretan bintang dunia, Paris Saint-Germain (PSG) kembali gagal meraih trofi Liga Champions 2025. Kekalahan mereka di babak perempat final dari Liverpool menambah daftar panjang kegagalan klub asal Prancis tersebut di kompetisi paling bergengsi Eropa. Pertanyaan pun muncul: apa yang salah dengan PSG?


Sejarah Kegagalan PSG di UCL

Sejak diakuisisi oleh Qatar Sports Investments (QSI) pada 2011, PSG telah menghabiskan lebih dari €1,5 miliar untuk mendatangkan pemain bintang. Namun, hasilnya tetap mengecewakan:

  • 2013 – 2016: Terhenti di perempat final.
  • 2017 & 2019: Tersingkir dramatis di babak 16 besar.
  • 2020: Final pertama, kalah 0-1 dari Bayern Munchen.
  • 2021 – 2025: Berulang kali gagal di perempat final dan semifinal.

Meski mendominasi Ligue 1, PSG belum mampu menaklukkan Eropa.


Faktor Penyebab Kegagalan

1. Ketergantungan pada Individu

PSG sering mengandalkan pemain bintang seperti Messi, Neymar, dan Mbappé di masa lalu. Ketika satu pemain absen atau dijaga ketat, performa tim menurun drastis.

2. Kerapuhan Mental

Banyak kegagalan PSG terjadi karena “mental rapuh” di momen krusial. Contoh paling terkenal adalah “La Remontada” ketika mereka tersingkir oleh Barcelona pada 2017 meski unggul 4-0 di leg pertama.

3. Kualitas Kompetisi Domestik

Dominasi mudah di Ligue 1 membuat PSG kurang terbiasa menghadapi tekanan level tinggi seperti di Liga Champions.

4. Manajemen Tidak Konsisten

Sering berganti pelatih (Unai Emery, Tuchel, Pochettino, Galtier, Enrique) membuat filosofi permainan tidak stabil.


Skuad 2025: Masih Bertabur Bintang

Meski tanpa Messi dan Neymar yang sudah pergi, PSG tetap memiliki:

  • Kylian Mbappé (kapten): Mesin gol sekaligus ikon klub.
  • Gonçalo Ramos: Striker muda Portugal.
  • Ousmane Dembélé: Winger cepat.
  • Gianluigi Donnarumma: Kiper andalan.

Namun, kombinasi ini masih belum cukup untuk menyingkirkan tim-tim bermental juara seperti Liverpool atau Real Madrid.


Respon Publik & Media

  • L’Équipe: “PSG kembali membuktikan bahwa uang tidak bisa membeli mentalitas juara.”
  • Fans PSG: Banyak yang frustrasi, bahkan menyerukan perombakan total skuad.
  • Eks pemain (Thiago Silva): “PSG butuh fondasi, bukan hanya superstar.”

Apa yang Harus Dilakukan PSG?

  1. Fokus pada pembangunan tim kolektif, bukan hanya individu.
  2. Memberi waktu lebih panjang untuk pelatih membangun filosofi permainan.
  3. Mengembangkan akademi muda agar tidak hanya bergantung pada belanja besar.
  4. Menanamkan mentalitas juara melalui laga besar dan konsistensi.

Kesimpulan

Kegagalan PSG mengangkat trofi Liga Champions kembali menegaskan bahwa uang bukan segalanya dalam sepakbola. Tanpa mentalitas, strategi matang, dan kolektivitas, klub ini akan terus terjebak dalam siklus kegagalan. Pertanyaannya kini, apakah PSG akan belajar dari masa lalu, atau terus menjadi “raja domestik tanpa mahkota Eropa”?